Photobucket

Rabu, 04 April 2012

Hubungan Bersih dan Keimanan


Apa Hubungan Bersih dengan Iman?


Saat menonton film “Sang Pencerah”, ada dialog yang menggambarkan Islam sebagai agama yang terbelakang, anti perubahan, dan kotor. Ketika KH Ahmad Dahlan hendak mengajar di sekolah elit yang dikelola Belanda, seorang siswa klimis berbisik kepada temannya, “Biasanya, kyai itu bau dan sering tidak memakai sandal”. Dalam bahasa sederhana, pandangan non-Muslim Barat saat itu menempatkan Islam sebagai agama kotor. Namun, digambarkan di sana, dengan kerapian dan kebersihannya, KH.Ahmad Dahlan merubah pandangan 'miring' itu.Di dalam sebuah hadits disebutkan, "Kebersihan itubagian dari iman". Namun, realitas membuktikan, bahwa sering kita jumpai lingkungan yang kotor di sekitar lembaga pendidikan Islam kita. Ini artinya, hadits tersebut belum menjadi aktus yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan, ironisnya, lingkungan yang bersig justru sering kita temui di negara-negara Barat. Lihat saja kota-kota di Barat -seperti Chicago, Amsterdam, New Zealand, dll-, tata kotanya rapi dan kebersihannya terjamin. Sebab, di sana, kebersihan menjadi perkara prioritas yang diatur oleh undang-undang kebersihan secara khusus. Padahal, jauh sebelum undang-undang di Barat itu dibuat dan disahkan, umat Islam telah memiliki norma dan undang-undang sakralnya –berupa hadist Nabi- yang mewajibkan kita untuk menjaga kebersihan. Dalam fiqh Islam, kebersihan juga menjadi syarat mendasar bagi seorang Muslim yang hendak melaksanakan ritual agama. Bahkan, dalam hadist itu, kebersihan dikaitkan dengan keimanan; kebersihan bagian dari iman. Sederhanyanya, orang yang tidak menjaga kebersihan, keimanannya belum sempurna. Sebab, di hadist lain dijelaskan bahwa "Allah itu indah dan Dia mencintai keindahan".

Tidak ada komentar: